12.01.2008

INFO MILAN

Keberuntungan Milan Berakhir

PALERMO, SENIN - Palermo menghentikan catatan sebelas pertandingan tanpa kalah yang ditorehkan AC Milan di Serie A. Dalam duel yang berlangsung di Renzo Barbera, tuan rumah menggasak I Rossoneri dengan skor telak 3-1.

Kegagalan penalti Ronaldinho menjadi awal petaka Milan malam itu. Dinho mendapat kesempatan menjadi eksekutor setelah kiper Marco Amelia melanggar Alexandre Pato di kotak terlarang pada menit ke-25. Amelia menebus kesalahannya itu dengan menggagalkan tendangan striker Brasil tersebut.


Palermo sendiri layak memenangi pertandingan tersebut karena mereka tak pernah berhenti menyerang sejak menit pertama. Baru beberapa detik pertarungan, Fabrizio Miccoli sudah mengancam gawang Christian Abbiati. Tandukan Moris Carrozzieri pun hanya melayang tipis di atas gawang. Miccoli lagi-lagi membombardir sarang Abbiati pada paruh babak pertama.

Il Diavolo mulai bangkit setelah jarum jam menunjuk angka 15 menit. Dua kali Pato mengancam gawang Amelia, tapi berujung kegagalan. Pato mencuri back-pass Antonio Nocerino, namun Amelia berhasil mencegat bola. Kesialan Dinho kembali berlanjut di akhir babak pertama setelah tendanganya membentur mistar gawang.

Palermo terus mencecar Milan di babak kedua. Dan, lima menit usai jeda, Miccoli membobol gawang Abbiari lewat sebuah tendangan roket berkecepatan lebih dari 100 km/jam.

Tak sampai sepuluh menit berikutnya, Edinson Cavani membuat Milan menangis setelah berhasil menanduk crossing Fabio Liverani. Pelatih Carlo Ancelotti makin merana ketika Fabio Simplicio mencetak gol ketiga Palermo, sepuluh menit jelang pertandingan berakhir.

Tiga menit kemudian, Milan memperoleh hadiah hiburan melalui titik putih. Kali ini Dinho berhasil memerdaya Amelia dan mengubah skor menjadi 3-1 sampai pertandingan berakhir.

Dengan kekalahan ini, Milan gagal merebut kembali posisi nomor dua yang sehari sebelumnya diambil alih oleh Juventus. Nilai Milan sama dengan Juve, yakni 27, tapi kalah selisih gol.
(sumber:www.kompas.com)


Label:

Planet Raksasa

Satu Lagi Kandidat Planet Raksasa di Jagat Raya

Keberadaan planet-planet asing di luar tata surya makin bnayak yang terungkap seiring pengembangan teknologi pengamatan benda-benda ruang angkasa. Tak berselang lama setelah astronom NASA dan Kanada mengklaim berhasil merekam planet asing untuk pertama kalinya secara langsung, para astronom Perancis melaporkan kandidat planet baru.

Anne-Maria Lagrange dan astronom lainnya dari Observatorium Grenoble, Perancis memperkirakan objek tersebut berukuran 7 kali massa Planet Jupiter. Citra inframerah yang dipamerkan memperlihatkan sebuah titik putih di antara berkas cahaya dekat bintang Beta Pictoris yang berada 70 tahun cahaya dari Bumi (1 tahun cahaya sebanding dengan 9,5 triliun kilometer). Rekaman tersebut diambil menggunakan teleskop raksasa di Observatorium Eropa Selatan (Very Large Telescope ESO).

Belum diketahui apakah objek tersebut merupakan planet atau bukan. Para astronom harus melakukan pengamatan dan pengukuran lebih lanjut untuk memastikannya. Namun, kemungkinannya besar karena berada di dalam cakram debu dan gas yang mengelilingi bintang Beta Pictoris.

Cakram debu di sekitar bintang tersebut telah lama diyakini mengandung planet sejak diamati pertama kali tahun 1994. Adanya planet itulah yang mungkin dapat menjelaskan mengapa cakram debu tersebut sering bergoyang.

"Secara umum, ini merupakan temuan yang menarik yang akan segera dikonfirmasi dalam beberapa minggu ke depan karena Beta Pictoris merupakan bintang terang yang terlihat selama musim dingin,"ujar Paus Kallas, astronom dari Universitas California Berkeley yang mengetuai tim astronom penemu planet Fomalhaut b, planet pertama yang berhasil direkam kamera.
(sumber:www.kompas.com)

Label:

11.25.2008

Laba-laba Hebat

Laba-laba Sukses Membuat Sarang di Antariksa


JAKARTA, SENIN - Sungguh mencengangkan laba-laba yang dikirim ke stasiun antariksa internasional (ISS) sukses membuat sarang. Keberhasilan ini menarik untuk dipelajari karena hewan tersebut melakukannya di ruang tanpa bobot.

"Dua ekor laba-laba yang pemberani di stasiun antariksa internasional telah berhasil mengatasi kebingungannya sampai dapat menenun jaring yang menakjubkan di gravitasi nol," ujar salah seorang astronot, Jumat (21/11) lalu.

Laba-laba penenun itu diangkut ke ISS awal minggu lalu bersama para astronot yang menumpang pesawat ulang alik Endeavour. Saat sehari di ruang angkasa, laba-laba tersebut terlihat membuat pola jaring yang tidak jelas. Namun, beberapa hari kemudian laba-laba tersebut berhasil membuat jaring yang teratur.


"Kami perhatikan laba-laba tersebut membuat jaring yang simetris. Sungguh cantik," ujar Michael Fincke, komandan ISS. Ia mengatakan para astronot terkejut melihat betapa cepatnya laba-laba beradaptasi dengan antariksa.

Pengiriman laba-laba ke ruang angkasa merupakan bagian dari eksperimen ilmiah yang ditujukan untuk meningkatkan minat anak-anak sekolah mempelajari sains. Apalagi jenis laba-laba yang dipilih sama dengan laba-laba yang dipakai sebagai karakter di buku cerita anak Charlotte's Web karya E.B. White. Anak-anak nantinya akan diminta membandingkan antara bentuk jaring laba-laba yang dibuat di Bumi dengan yang dibuat di antariksa.

Selain laba-laba, para astronot juga membawa larva kupu-kupu. Ilmuwan dari UNiversitas Colorado, Boulder, AS akan memantau perkembangannya hingga kelak menjadi kupu-kupu dewasa. Sebagai makanan laba-laba, turut dibawa pula lalat buah. Sementara untuk makan kupu-kupu yang tengah bermetamorfosis sudah disediakan nektar secukupnya.
(sumber:www.kompas.com)



Label:

11.24.2008

CERPEN 2

SEPOTONG KEPALA
oleh: Muhammad Ikhsan

Masih pagi. Masih belum ada yang datang. Mungkin mereka masih di rumah. Atau barangkali masih ngetem di ketiak istri atau suami, atau masih ada pekerjaan penting di rumah, atau masih tidur karena begadang semalaman, atau masih terjebak macet di jalan. Tapi mudah-mudahan mereka semua masih punya niat bekerja.

Sudah hampir lima bulan perusahaan kami memiliki gedung baru. Maklum, selama lima tahun perusahaan kami berkantor di sebuah gudang kecil yang sebenarnya tidak layak digunakan. Dan sudah hampir satu bulan ini, kami menyibukkan diri menghiasi semua ruangan dengan pernak pernik dan instalasi kerja agar punya semangat dan gairah bekerja.

Namun hanya beberapa hari sejak kepindahan itu, entah apa penyebabnya, muncul fenomena aneh yang kalau dipikir-pikir sangat tidak masuk akal. Bayangkan saja. Beberapa orang di antara kami mengalami perubahan fisik yang aneh; ada yang tubuhnya telah dipenuhi dengan mulut yang tiap sebentar mengoceh tidak karuan. Hal-hal yang diocehkan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, bahkan sering menyinggung masalah privacy seseorang. Lalu, ada yang lidahnya terus menjulur. Uniknya, di ujung lidahnya terlihat bercabang dua, seperti lidah ular. Setiap bicara, lidahnya selalu keluar dan mendesis. Kemudian juga ada yang matanya selalu tertutup seperti orang tidur. Selama matanya terpejam, orang itu tetap bisa berjalan. Masih ada lagi. Ada yang tubuhnya sudah penuh dengan lendir, serupa lem, dan di tubuhnya penuh dengan lembaran uang pecahan lima puluh ribuan, dan tidak bisa dicopot.

Selain itu, ada juga yang mulutnya selalu terbuka, menganga, seperti tertawa terbahak-bahak, tapi tidak terdengar suaranya. Anehnya mulut yang menganga itu sudah dikerubungi lalat hijau, layaknya bunga bangkai yang dikerubungi serangga. Lalu juga ada yang mulutnya terus saja mengunyah, memamah biak seperti memakan sesuatu, tapi ia tidak makan.

Melihat semua keanehan itu, penguasa di perusahaan kami, Bos Besar, begitu biasa kami memanggil, sangat terkejut, heran, takut, sekaligus bingung. Apa yang telah terjadi? Apa penyebab keanehan ini? Apa gedung baru ini belum disajeni? Ada apa di balik peristiwa ini? Semua pertanyaan itu menggelayut dalam pikiran kami, termasuk Bos Besar.
Suatu ketika, aku dan beberapa orang dipanggil Bos Besar ke ruangannya. Tidak ada yang pernah masuk ruangan itu kalau tidak ada kepentingan.

“Ada apa ini, apa yang telah terjadi?’ tanya bos.
“Saya tidak tahu, Bos Besar. Saya juga bingung dengan semua ini,” jawabku bergidik.
“Menurut kamu, Yusna?”
“Sama, Bos Besar. Saya juga tidak mengerti,” ujarnya.
“Kalau kamu bagaimana, Sutan?”
“Anu, Bos Besar. Mungkin mereka itu kerasukan setan. Tapi, tidak tahulah.” Pak Sutan mencoba meyakinkan Bos Besar.
“Kalau begitu, baiklah. Mungkin untuk sementara waktu persoalan ini kita simpan dulu. Jangan ada yang bicara kepada siapapun, jangan sampai orang lain tahu, apalagi para wartawan,” tegas Bos Besar dengan suara serak setengah cemas.

***
Waktu terus berjalan. Suatu hari, Bos Besar mengumpulkan kami di ruang sidang perusahaan, untuk membicarakan fenomena aneh yang telah terjadi di perusahaan kami. Namun, orang-orang yang telah berubah menjadi aneh tidak tampak serta.

“Saudara sekalian. Seperti yang sudah sama-sama kita tahu, telah terjadi peristiwa aneh di perusahaan kita ini. Peristiwa itu cukup meresahkan. Terutama bagi saya, Bos Besar di perusahaan ini, peristiwa itu sangat mengerikan. Bisa membuat kehormatan saya jatuh. Dan tentu saja, untuk menyelesaikan persoalan ini saya tidak sanggup mengatasinya sendiri. Setidaknya ada di antara saudara-saudara yang bisa membantu. Bagaimana, ada yang mau memberi tanggapan?”

Semua diam. Membisu. Seperti biasa. Seperti beberapa pertemuan sebelumnya. Tidak ada yang mau bersuara. Laksana menonton film horor saja.

“Ayolah, tolong saya. Jangan sampai hal ini diketahui pihak luar, apalagi Bos Sangat Besar di kantor pusat sana. Saya malu. Bisa-bisa saya dipecat karena tidak bisa menyelesaikan persoalan ini,” ujarnya setengah mengemis.
“Maaf dulu, Bos.” Terdengar suara Pak Tatang menyeruak. “Menurut saya, ada baiknya Bos Besar membawa orang-orang itu menemui psikolog. Siapa tahu, mereka mengalami gangguan kejiwaan yang akut.”
“Mmh, usul yang menarik. Tapi kalau hal itu dilakukan, tentu membutuhkan biaya. Biaya dari mana, Pak Tatang? Sekarang anggaran perusahaan kita sangat terbatas. Kalau dipakai terlalu banyak, nanti bisa habis. Tidak akan ada lagi anggaran untuk biaya promosi perusahaan kita, apalagi untuk biaya perjalanan saya ke kantor pusat untuk menghadiri agenda-agenda pertemuan dengan Bos Sangat Besar.”
“Kalau boleh saya usul nih, Bos Besar, bagaimana kalau Bos Besar mencarikan anggaran untuk menanggulangi kejadian ini. Mungkin ada anggaran yang bisa dialihkan. Itupun kalau Bos Besar setuju. Setidaknya kita sudah berusaha,” tukas Pak Tatang.
“Ada yang lain?”
“Begini Bos Besar. Menurut saya, kalau diterawang secara bawah sadar, sepertinya orang-orang itu sudah dimasuki roh-roh halus penunggu gedung ini. Mungkin saja sebelum gedung ini dibangun, pemborongnya lupa mengadakan ritual sesembahan,” ujar Ibu Yaya.
“Ada benarnya juga, Bos Besar. Segala kemungkinan harus kita pertimbangkan,” imbuh yang lain.
“Mungkin kita harus memanggil dukun sakti, Bos Besar. Bila perlu, kita undang Ki Gendeng Pamungkas dari negeri seberang, biar roh-roh halus itu diusir, dan bila perlu disantet sekalian.”
“Setuju!” “Bila perlu seluruh orang sakti negeri ini kita kerahkan.”
“Jangan! Nanti kalau wartawan tahu, bagaimana?”
“Ah, tidak usah takut. Biar nanti saya yang akan mengatasinya. Kebetulan saya dulu bekas wartawan, kok!”

Semua berebut bicara. Seperti orang berjualan di pasar, suasana makin lama makin riuh, tidak terkontrol, ada yang pro dan ada yang kontra, dan ada juga yang diam sambil memainkan ponselnya. Sementara itu, sambil memperbaiki posisi duduknya, Bos Besar berusaha menenggarai suasana.

“Sudah, sudah! Tidak perlu diributkan. Kalau begini caranya, saya jadi tambah bingung! Saya Cuma minta pendapat, bukan debat kusir seperti ini!” ujarnya dengan kesal campur marah. Tapi keadaan tidak berubah. Semua masih adu argumen, adu pemikiran, mengambil perhatian dari Bos Besar.

Waktu berlalu, hari berganti, bulan bertambah, fenomena aneh itu belum bisa diatasi. Orang-orang aneh itu semakin menunjukkan ketidaknormalan, tidak terkontrol. Bos Besar sudah berusaha melakukan yang terbaik. Ratusan dukun alias orang pintar dari seluruh pelosok negeri didatangkan. Bahkan dari Romy Rafael, Mama Laurent, Deddy Corbuzier, David Copperfield, hingga arwah Harry Houdini sudah dimintai bantuan. Tapi hasilnya nihil, sia-sia. Sudah tidak terhitung biaya perusahaan yang telah habis. Tragisnya, sebagai penguasa di perusahaan kami, Bos Besar dengan rela menggadaikan kelaminnya melalui internet, sembari berharap ada yang mau menjadi donator untuk membiayai penyembuhan orang-orang aneh itu.

Untuk menghindari kemungkinan buruk yang akan terjadi, Bos Besar telah mengambil keputusan: orang-orang aneh itu dikurung dalam sebuah ruangan isolasi, dan di dalamnya dilengkapi dengan semua perlengkapan untuk bekerja: komputer, notebook, perpustakaan, dan music box yang bisa memutar lagu-lagu penghilang stres. Setelah jam kerja usai, mereka dilepaskan. Begitu seterusnya. Seperti binatang buas yang dikarantina saja.

“Pak Jayus. Minggu depan saya mungkin akan keluar kota untuk berobat. Untuk sementara waktu, kekuasaan di perusahaan ini saya serahkan kepada bapak. Oya, kalau masih ada sisa anggaran, tolong dicarikan biaya untuk perjalanan saya. Dan kalau ada karyawan ngoceh yang aneh-aneh, suruh saja mereka sikat gigi sampai bersih. Jangan lupa itu.”
“Baik, Bos Besar. Perintah siap dilaksanakan.”

***

Hari ini, seperti biasa, aku berangkat kerja. Kali ini agak terlambat. Biasalah. Pengantin baru. Sesampai di kantor, sudah banyak karyawan yang datang. Tapi suasana hari ini tidak biasanya. Ramai sekali. Tidak ada yang tidak datang. Bahkan karyawan yang selalu terlambat ngantor, juga sudah datang. Mereka semua sibuk berbisik, ngerumpi sambil tertawa cekikikan. Ada juga yang menyibukkan diri main games di komputer. Acuh.

Di antara riuh rendah itu, tiba-tiba terdengar teriakan tertahan dari ruangan Bos Besar. Setelah itu senyap. Tidak ada yang berani melihat ke dalam sana. Sepertinya tidak ada yang berniat mencari tahu. Hanya menunggu.

Sebentar berselang, terdengar suara pintu dibuka. Perlahan. Semakin hening. Hanya bising kendaraan lalu lalang di jalan. Tak lama, keluar sesosok tubuh berpakaian necis, dengan stelan tuxedo keluaran terbaru, berjalan gontai, dan tanpa kepala! Anehnya, tidak terlihat setetes darah pun yang keluar dari leher tubuh itu. Tidak juga di mana-mana. Tapi di tubuh itu sudah menempel banyak mulut yang selalu mengoceh, dan di sekitarnya penuh lumuran lendir serupa lem, dan tertempel uang lima puluh ribuan. Yang membuat kami terkesiap, tubuh itu tetap bisa berjalan.

“Saya pergi sebentar,” terdengar suara dari mulut-mulut di tubuh itu, lemah dan berat.
Semua masih diam. Bisu. Sunyi. Senyap. Seperti ada hantu lewat.

Di tempat lain, terdengar hiruk pikuk dari ruangan isolasi, tempat orang-orang aneh disekap. Setengah menyelidik, aku memberanikan diri mengintip dari lubang kunci. Aneh: tubuh orang-orang itu sudah berubah, kembali normal. Tidak ada lagi mulut di sekujur tubuh, tidak ada lagi mulut yang menganga lebar, tidak ada lagi mulut yang memamah biak, tidak ada lagi tubuh yang dipenuhi lem dan uang lima puluh ribuan, tidak ada lagi lidah yang menjulur bercabang dua seperti lidah ular.

***
Sampai sekarang, entah sudah berapa lama, ruangan Bos Besar masih sepi. Menurut Pak Jayus, pembantu umum perusahaan, Bos Besar masih berada di luar kota. Katanya pergi berobat.

(Di atas meja Bos Besar, tergeletak sebuah kepala. Entah kepala siapa. Karena tidak punya mata, hidung, dan telinga. Wajahnya datar. Yang ada hanya mulut yang menganga lebar dan di dalamnya ada sepasang bola mata, hidung, telinga. Semuanya sudah membusuk dan dikerubungi lalat-lalat hijau. Layaknya bunga bangkai. Dari mulut itu, keluar lidah bercabang dua. Terjulur. Panjang.)






Label:

11.21.2008

Gairah Membara

Agar Istri Bergairah

KETIKA menerima rangsangan seksual yang cukup, perempuan, seperti juga pria, akan mengalami suatu reaksi seksual. Reaksi seksual yang sempurna berlangsung dalam empat fase yang disebut siklus reaksi seksual, yaitu fase terangsang (excitement phase), fase datar (plateau phase), fase orgasme (orgasm phase), dan fase resolusi (resolution phase).

Pada setiap fase terjadi perubahan yang bersifat fisik dan psikis. Perubahan fisik dapat dirasakan, baik pada kelamin maupun pada bagian tubuh lain, tidak hanya oleh yang bersangkutan melainkan juga pasangannya. Demikian juga dengan perubahan yang bersifat psikis.


Perubahan yang terjadi selama siklus reaksi seksual ini dapat menjadi petunjuk pada fase mana pasangan berada, agar hubungan seksual dapat berlangsung dengan harmonis. Siklus reaksi seksual perempuan dan pria pada dasarnya sama, yaitu dimulai dengan adanya dorongan seksual yang semakin meningkat karena adanya rangsangan seksual dari luar. Maka terjadilah reaksi seksual dengan fase orgasme sebagai puncaknya.

Kalau kenyataannya hubungan suami-istri tidak berlangsung seperti itu, menurut Prof. Dr. Wimpi Pangkahila, Sp.And, dari Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, bisa jadi mitos tentang seks dan perbedaan peran jenis kelamin yang menjadi penyebabnya. Dikatakan, sampai saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa urusan seksual adalah urusan pria.

Masih banyak juga yang beranggapan bahwa perempuan atau istri hanyalah pihak yang pasif, yang menerima saja, dalam hal hubungan seksual. Bahkan banyak pria yang menganggap dan memperlakukan perempuan hanya sebagai objek seks.

“Mitos itu sangat berpengaruh negatif bagi fungsi seksual perempuan. Banyak perempuan yang menjadi lebih tertutup dalam menghadapi masalah seksual,” papar Prof. Wimpie.

Ditambahkan pula, setiap gangguan pada setiap fase siklus reaksi seksual dapat menimbulkan disfungsi seksual. Dari pengalaman di klinik menghadapi pasangan dengan masalah seksual, Prof. Wimpie melihat, tidak sedikit yang kemudian terungkap adanya masalah seksual pada pihak perempuan, walaupun semula pasangan itu datang karena masalah seksual pada pihak pria. Lebih dari itu, tidak jarang terjadi suami baru tahu kalau istrinya ternyata mengalami gangguan fungsi seksual karena mitos sesat yang diyakininya selama ini.

Makanya, buang jauh-jauh mitos sesat itu, dan nikmati semua fase dalam berhubungan suami-istri. Tidak perlu bangga kalau hanya bisa menikmati kepuasan sendiri.



Label: